Dari Abu
Hurairah Radhiyallahu anhu, dia berkata, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Apabila seorang wanita menghindari tempat tidur
suaminya pada malam hari, maka para malaikat melaknatnya hingga pagi hari”.
Dalam
suatu riwayat yang lain disebutkan, “Sehingga dia
kembali”. [1]
[1]. Isnadnya hasan
shahih, ditakhrij Al-Bukhary, 7/39, Muslim, 8/10, Ahmad, 2/386, Ad-Darimy,
2./150, Al-Baihaqy, 7/292 dalam As-Sunan, Lafazh yang disebutkan di sini bagi
Muslim.
Ini
merupakan wasiat yang sangat berharga dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam yang diberikan kepada para wanita Muslimah. Beliau Shallallahu ‘alaihi
wa sallam memperingatkan mereka agar tidak menjauhi tempat tidur suami tanpa
ada udzur menurut ukuran syari’at, seperti sakit yang keras.
Bahkan
haid bukan merupakan udzur untuk menjauhi tempat tidur suami. Sebab suami
memiliki hak untuk mencumbui istrinya selain yang ditutupi kain bawah.
Diantara hak-hak suami atas istrinya adalah hak di tempat tidur. Dan ini merupakan hak suami dalam kaitannya dengan senggama. Sebenarnya hak ini juga merupakan hak persekutuan antara laki-laki dan wanita secara bersama-sama.
Tapi
adakalanya terjadi perselisihan antara suami dan istrinya, sehingga
kadang-kadang menimbulkan pertengkaran dan keretakan. dan kadang-kadang suami
menjauhi tempat yang ditempati istrinya karena hendak mencari ketenangan,
sampai akhirnya keduanya berkumpul kembali di tempat tidur. Dalam keadaan
seperti ini bisa jadi suami berusaha untuk memperbaiki keretakan itu dan
berbaikan kembali dengan istrinya. Namun hati sang istri masih dikuasai syetan,
sehingga dia tidak mau menerima keadaan ini, sehingga dia menolak ajakan suami
untuk mengadakan hubungan suami istri. Dengan cara seperti itu, berarti sang
istri telah masuk ke dalam laknat para malaikat, sementara dia tidak
menyadarinya. Maka dengarkanlah hadits berikut ini, dari Abu Hurairah
Radhiyallahu anhu, dia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
“Apabila seorang laki-laki mengajak istrinya ke atas tempat tidur, lalu dia (istri) tidak mau mendatanginya, lalu dia (suami) marah kepadanya malam itu, maka para malaikat melaknatnya hingga pagi hari”. [2]
“Apabila seorang laki-laki mengajak istrinya ke atas tempat tidur, lalu dia (istri) tidak mau mendatanginya, lalu dia (suami) marah kepadanya malam itu, maka para malaikat melaknatnya hingga pagi hari”. [2]
[2]. Isnadnya shahih,
ditakhrij Al-Bukhary, 4/141, Muslim, 10/8, Ahmad, 2/480, Abu Daud, hadits nomor
2141, Al-Baihaqy, 7/292
Hal ini
merupakan masalah yang sangat besar di sisi Allah, yaitu tatkala suami mengajak
istrinya ke tempat tidur, lalu sang istri menolak atau pura-pura sakit (padahal
tidak sakit). Wanita Mukminah yang benar harus bisa melupakan perselisihan dan
kembali patuh kepada suaminya karena mengharap pahala dari Rabb-nya.
Dalam menafsirkan firman Allah, “Wanita-wanita shalihah adalah yang taat”, para ulama mengatakan, “Maksudnya memenuhi hak suami. Qunut disini artinya taat. Begitu pula yang dikatakan bila dalam do’a, “Maka hendaklah kita benar-benar memperhatikan wasiat Nabawi ini.
Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Apabila seorang laki-laki mengajak istrinya ke tempat tidur...”, Ibnu Abu Jumrah berkata, “Yang jelas, tempat tidur disini merupakan kiasan dari senggama. Ini merupakan kiasan tentang hal-hal yang biasanya dianggap mengundang rasa malu di dalam Al-Qur’an dan Sunnah”. [3]
Dalam menafsirkan firman Allah, “Wanita-wanita shalihah adalah yang taat”, para ulama mengatakan, “Maksudnya memenuhi hak suami. Qunut disini artinya taat. Begitu pula yang dikatakan bila dalam do’a, “Maka hendaklah kita benar-benar memperhatikan wasiat Nabawi ini.
Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Apabila seorang laki-laki mengajak istrinya ke tempat tidur...”, Ibnu Abu Jumrah berkata, “Yang jelas, tempat tidur disini merupakan kiasan dari senggama. Ini merupakan kiasan tentang hal-hal yang biasanya dianggap mengundang rasa malu di dalam Al-Qur’an dan Sunnah”. [3]
[3]. Fathul Bary,
9/294
Sabda Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “ Lalu ia
(istri) tidak mau mendatanginya...”, dalam riwayat lain disebutkan, “Lalu dia (suami) marah kepadanya malam itu...”,
menurut Al-Hafizh, dengan adanya tambahan –di dalam riwayat lain di
atas—merupakan sebab terjadinya laknat. Sebab pada saat itu ada ketetapan
tentang kedurhakaan istri. lain halnya andaikata suami tidak marah, entah
karena memang ada udzur yang bisa dimakluminya atau karena dia sendiri yang
meninggalkan haknya.
Menurut Ibnu Abu Jumrah rahimahullah menyebutkan beberapa faidah dalam hadits ini,
Menurut Ibnu Abu Jumrah rahimahullah menyebutkan beberapa faidah dalam hadits ini,
1. Di dalamnya terkandung dalil
tentang terkabulnya do’a para malaikat, entah baik atau entah buruk.
2. Di dalamnya terkandung pengertian bahwa kesabaran laki-laki untuk tidak bersenggama lebih lemah daripada kesabaran wanita.
2. Di dalamnya terkandung pengertian bahwa kesabaran laki-laki untuk tidak bersenggama lebih lemah daripada kesabaran wanita.
3. Di dalamnya terkandung dalil bahwa gangguan yang paling sering menggelitik kaum laki-laki adalah kehendak untuk menikah. Maka hendaknya para wanita membantu dalam hal ini.
4. Di dalamnya terkandung isyarat keharusan taat kepada Allah dan sabar dalam beribadah kepada-Nya, sebagai balasan terhadap pengawasan Allah kepada hamba-Nya. Sebab Allah tidak membiarkan sedikit pun dari hak-Nya kecuali dijadikan orang yang siap melaksanakannya. Sehingga para malaikat dijadikan melaknat orang yang membuat hamba-Nya marah, karena salah satu syahwatnya tidak dipenuhi. Maka setiap hamba harus memenuhi hak-hak Rabb-nya yang dituntut darinya. Kalau tidak, alangkah malangnya nasib sekian banyak orang miskin yang membutuhkan pertolongan orang kaya yang seharusnya banyak kebaikannya.
Kelangsungan kehidupan antara suami dan istri merupakan jaminan kelangsungan kasih sayang antara keduanya. Kasih sayang ini merupakan luapan cinta yang benar, dengan saling meluapkan rasa kasih dan sayang antara kedunyanya dan rasa saling memberi sehinga terciptalah saling pengertian, ridha dan memahami.
Seorang
suami mengungkapkan sarana yang dapat mengawetkan kasih sayang kepada istrinya,
seraya mengatakan di dalam syairnya.
Ulurkan maafmu biar langgeng rasa kasih
usah bicarakan rupaku kala aku marah
Usah mengadu lalu kau pergi entah ke mana
hingga kesat hatiku dan berubah warna
Kulihat ada cinta dan perih di hati
andaikan menyatu cinta tak kan pergi
Siapa yang memperhatikan hak dan kewajiban-kewajiban suami istri dalam kehidupan Islam, tentu akan mendapatkan bahwa hak dan kewajiban itu berimbang dan selaras. Yang harus dilakukan ialah melaksanakan apa yang telah dikabarkan Islam dan sesuai dengan akhlak yang terpuji.
Ulurkan maafmu biar langgeng rasa kasih
usah bicarakan rupaku kala aku marah
Usah mengadu lalu kau pergi entah ke mana
hingga kesat hatiku dan berubah warna
Kulihat ada cinta dan perih di hati
andaikan menyatu cinta tak kan pergi
Siapa yang memperhatikan hak dan kewajiban-kewajiban suami istri dalam kehidupan Islam, tentu akan mendapatkan bahwa hak dan kewajiban itu berimbang dan selaras. Yang harus dilakukan ialah melaksanakan apa yang telah dikabarkan Islam dan sesuai dengan akhlak yang terpuji.
Selagi
masing-masing pihak melaksanakan tanggung jawabnya, tentu akan menebarkan kasih
sayang antara suami istri. Semoga apa yang dinukil Ibnu Abdi Rabbah dari Imran
bin Hathan berikut ini, mengandung nasihat.
Imran pernah berkata kepada istrinya, seorang wanita yang amat cantik dan masih muda. Sementara itu, dia sendiri adalah laki-laki yang sama sekali tidak memiliki ketampanan yang bisa menarik minat wanita, “Sesungguhnya aku dan engkau akan masuk surga Insya Allah”.
Istrinya bertanya, “Bagaimana itu terjadi?”.
Dia menjawab, “Aku diberi istri secantik dirimu, lalu aku bersyukur, dan engkau diberi suami macam aku lalu engkau sabar”.
Seorang A’raby pernah ditanya tentang wanita, sedang dia memiliki pengetahuan yang mendalam tentang seluk beluk wanita.
Imran pernah berkata kepada istrinya, seorang wanita yang amat cantik dan masih muda. Sementara itu, dia sendiri adalah laki-laki yang sama sekali tidak memiliki ketampanan yang bisa menarik minat wanita, “Sesungguhnya aku dan engkau akan masuk surga Insya Allah”.
Istrinya bertanya, “Bagaimana itu terjadi?”.
Dia menjawab, “Aku diberi istri secantik dirimu, lalu aku bersyukur, dan engkau diberi suami macam aku lalu engkau sabar”.
Seorang A’raby pernah ditanya tentang wanita, sedang dia memiliki pengetahuan yang mendalam tentang seluk beluk wanita.
Maka dia
menjawab, “Wanita yang paling utama adalah yan paling tinggi apabila berdiri,
yang paling besar apabila sedang duduk, yang paling benar apabila berbicara,
yang bersikap halus apabila sedang marah, apabila tertawa dia hanya tersenyum,
apabila berkarya di memperindah karyanya, yang mentaati suaminya, yang berada
di rumahnya, terhormat di tengah kaumnya dan hina tatkala sendirian. Banyak
kasih sayangnya, banyak anaknya dan urusannya terpuji”.
Lalu dia
ditanya, “Berilah kami gambaran
sejahat-jahatnya wanita!”.
Dia menjawab, “Sejahat-jahat wanita adalah yang tertawa tidak karena tertarik (kepada sesuatu), mengatakan yang dusta, mengajak bertengkar suaminya, hidung di langit dan pantat di air”.
Begitulah sebaik-baik wanita, yaitu yang taat kepada suami dan yang memenuhi haknya. Dan, sejahat-jahat wanita adalah yang congkak dan merasa tinggi dari suaminya.
Alangkah indahnya perkataan Abu Darda kepada istrinya, Ummu Darda, “Apabila engkau melihatku marah maka ridhalah, dan apabila kulihat engkau marah, maka aku akan ridha kepadamu. Kalau tidak, kita tidak akan rukun”.
Maka jadilah wanita yang selalu memenuhi panggilan suami selagi dia meminta sesuatu padamu. Maka mengapa engkau tidak membuatnya ridha? Wanita Muslimah adalah wanita yang tampak menarik apabila dipandang suaminya. Apabila suami menyuruhnya kepada suatu yang baik dan mubah, maka dia patuh, apabila suami tidak ada di sisinya karena bepergian atau yang lain, maka dia menjaga dirinya dan harta suaminya. Wanita shalihah adalah wanita yang membantu suami dalam urusan dunia dan akhirat.
Dia menjawab, “Sejahat-jahat wanita adalah yang tertawa tidak karena tertarik (kepada sesuatu), mengatakan yang dusta, mengajak bertengkar suaminya, hidung di langit dan pantat di air”.
Begitulah sebaik-baik wanita, yaitu yang taat kepada suami dan yang memenuhi haknya. Dan, sejahat-jahat wanita adalah yang congkak dan merasa tinggi dari suaminya.
Alangkah indahnya perkataan Abu Darda kepada istrinya, Ummu Darda, “Apabila engkau melihatku marah maka ridhalah, dan apabila kulihat engkau marah, maka aku akan ridha kepadamu. Kalau tidak, kita tidak akan rukun”.
Maka jadilah wanita yang selalu memenuhi panggilan suami selagi dia meminta sesuatu padamu. Maka mengapa engkau tidak membuatnya ridha? Wanita Muslimah adalah wanita yang tampak menarik apabila dipandang suaminya. Apabila suami menyuruhnya kepada suatu yang baik dan mubah, maka dia patuh, apabila suami tidak ada di sisinya karena bepergian atau yang lain, maka dia menjaga dirinya dan harta suaminya. Wanita shalihah adalah wanita yang membantu suami dalam urusan dunia dan akhirat.
Seorang
penyair berkata,
Sebaik-baik urusan dunia manusia
yang membantu kelurusan urusan akhiratnya
hati yang bersyukur
lidah yang berdzikir
istri shalihah yang membantunya
Begitulah seharusnya kita hidup bersama wasiat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang dapat kita ambil manfaatnya tentang bagaimana sikap istri dalam menyenangkan suaminya dan apa kebaikan serta kebahagian yang bisa diciptakan bagi keduanya.
yang membantu kelurusan urusan akhiratnya
hati yang bersyukur
lidah yang berdzikir
istri shalihah yang membantunya
Begitulah seharusnya kita hidup bersama wasiat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang dapat kita ambil manfaatnya tentang bagaimana sikap istri dalam menyenangkan suaminya dan apa kebaikan serta kebahagian yang bisa diciptakan bagi keduanya.
--------------------------------------------------------------------
Disalin dari kitab Al-Khamsuna Wasyiyyah Min Washaya Ar-Rasul Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam Lin Nisa,
Disalin dari kitab Al-Khamsuna Wasyiyyah Min Washaya Ar-Rasul Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam Lin Nisa,
Edisi Indonesia Lima Puluh Wasiat
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam Bagi Wanita,
Pengarang Majdi As-Sayyid Ibrahim, Penerjemah
Kathur Suhardi,
Terbitan Pustaka Al-Kautsar, cetakan kelima
1999
--------------------------------------------------------------------
Keterangan,
Pemberian foto bukan dengan niat yang buruk, hanya sebagai
ilustrasi untuk menambah daya pikat bagi kaum muslimin dan muslimat dalam
membaca dan mempelajari tulisan ini