Dalam
masalah vonis kafir, pertama kita harus mengetahui, takfir (memvonis kafir)
merupakan hukum syar’i. Artinya, harus merujuk kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala
dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebagaimana halnya hukum-hukum
syar’i yang lain. Takfir merupakan hak Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya
Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Syaikhul Islam ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “Penerapan hukum wajib dan hukum haram, penetapan pahala dan siksa, penetapan hukum kafir atau fasiq, rujukannya ialah Allah dan Rasul-Nya. Siapapun tidak berhak menetapkan hukum dalam masalah ini. Sesungguhnya wajib bagi siapa saja mewajibkan yang telah diwajibkan Allah dan Rasul-Nya dan mengharamkan yang telah diharamkan Allah dan Rasul-Nya” [1]
Syaikhul Islam ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “Penerapan hukum wajib dan hukum haram, penetapan pahala dan siksa, penetapan hukum kafir atau fasiq, rujukannya ialah Allah dan Rasul-Nya. Siapapun tidak berhak menetapkan hukum dalam masalah ini. Sesungguhnya wajib bagi siapa saja mewajibkan yang telah diwajibkan Allah dan Rasul-Nya dan mengharamkan yang telah diharamkan Allah dan Rasul-Nya” [1]
[1]. Majmu Fatawa
(V/545)
Beliau
rahimahullah juga menegaskan, hukum kafir dan fasiq termasuk hukum syar’i, bukan
termasuk hukum yang dapat ditetapkan oleh akal secara bebas. Orang kafir ialah
orang yang telah ditetapkan kafir oleh Allah dan Rasul-Nya. Dan orang fasiq
ialah orang yang telah ditetapkan fasiq oleh Allah dan Rasul-Nya. [2]
[2]. Minhajus Sunnah An-Nabawiyah (V/95)
[2]. Minhajus Sunnah An-Nabawiyah (V/95)
Bagitu
pula Ibnul Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah mengatakan, takfir merupakan hukum
syar’i. Orang kafir ialah orang yng telah dikafirkan oleh Allah dan Rasul-Nya. [3]
[3]. Mukhtashar
As-Shawaiqul Mursalah, hal. 421