Jin
termasuk perkara ghaib yang wajib kita imani keberadaannya, karena dalil-dalil
Al Qur`an dan As Sunnah telah menjelaskannya. Ini termasuk di antara asas
akidah Islam, yaitu beriman kepada perkara ghaib. Bahwa beriman kepada yang
ghaib merupakan salah satu sifat orang-orang yang bertakwa, sebagaimana Allah
Subhanahu wa Ta'ala berfirman :
“Alif laam miin. Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan
padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada
yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami
anugerahkan kepada mereka”. [Al Baqarah : 1-3]
Perkara
ghaib, sebagaimana dinyatakan oleh Ibnu Mas‘ud, ialah seluruh perkara yang
ghaib yang telah diberitakan Allah dan RasulNya kepada kita. Begitu pula dengan
keberadaan jin, bahwa Allah dan RasulNya telah mengabarkan melalui Al Qur`an
ataupun hadits Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam.
1). Dari Al Qur`an, di
antaranya :
“Dan (ingatlah) ketika Kami
hadapkan serombongan jin kepadamu yang mendengarkan Al Quran...”. [Al Ahqaf : 29]
“Hai golongan jin dan
manusia, apakah belum datang kepadamu rasul-rasul dari golongan kamu sendiri,
yang menyampaikan kepadamu ayat-ayatKu dan memberi peringatan kepadamu terhadap
pertemuanmu dengan hari ini?...”. [Al An‘am : 130]
“Katakanlah (hai Muhammad):
"Telah diwahyukan kepadamu bahwasanya: telah mendengarkan sekumpulan jin
(akan Al Quran), lalu mereka berkata: Sesungguhnya kami telah mendengarkan Al
Quran yang menakjubkan”. [Al Jin : 1]
“Dan bahwasanya ada beberapa
orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa
laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan
kesalahan”. [Al
Jin : 6]
2). Dari As Sunnah, di
antaranya :
Imam Muslim meriwayatkan dalam Shahih-nya dari Ibnu Mas’ud Radhiyallahu 'anhu, dia berkata: “Pada suatu malam, kami pernah bersama Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, lalu kami kehilangan dirinya. Maka kami pun mencari-cari Beliau di lembah-lembah dan di jalan-jalan di gunung (namun tidak menemukan Beliau), sehingga kami berkata,’Beliau dibawa terbang jin, atau Beliau telah dibunuh secara rahasia’. Maka kami melewati malam itu sebagai sejelek-jelek malam yang dialami suatu kaum. Tatkala datang pagi, tiba-tiba Beliau muncul dari arah gua Hira’. Maka kami berkata,’Wahai, Rasulullah! (Semalam) kami kehilangan dirimu, lalu kami mencari-carimu, tetapi tidak menemukanmu, maka kami melewati malam itu sebagai sejelek-jelek malam yang dialami suatu kaum’. Beliau berkata, ‘Seorang utusan jin mendatangiku, maka aku pun pergi bersamanya (mendatangi para jin), lalu aku membacakan Al Qur`an kepada mereka’. ” Ibnu Mas‘ud berkata, ”Lalu Beliau mengajak kami dan memperlihatkan kepada kami bekas mereka (jin) dan bekas api mereka”.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata : “Tidak ada satupun dari segolongan kaum muslimin yang berpendapat lain dalam masalah eksistensi jin, dan tidak pula dalam masalah bahwa Allah telah mengutus Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam kepada mereka. Mayoritas kaum kafir juga telah mengakui eksistensi mereka. Adapun ahli kitab dari kalangan Yahudi dan Nasrani, mereka menetapkan keberadaan jin sebagaimana kaum muslimin menetapkannya, meskipun di antara mereka ada yang mengingkarinya, sebagaimana di antara kaum muslimin (juga) ada yang mengingkarinya ... seperti Jahmiyah dan Mu‘tazilah. Namun sebagaian besar golongan dan para imam mereka menetapkannya. Hal itu, karena keberadaan jin telah mutawatir disebutkan dalam berita-berita para nabi dengan sifat mutawatir yang dimaklumi secara dharuri. Dan telah dimaklumi secara dharuri, bahwa mereka (para jin) hidup dan berakal, melakukan perbuatan dengan kehendak mereka, dan bahkan mereka (juga) diperintah dan dilarang. Mereka bukanlah sifat-sifat atau gejala-gejala yang menimpa pada manusia atau selainnya, sebagaimana yang dinyatakan oleh para mulhid (atheis). Karena masalah jin ini telah mutawir beritanya dari para nabi dengan sifat mutawatir yang telah dikenal oleh orang awam maupun khas, maka tidak mungkin satu pun golongan yang menisbatkan diri kepada para rasul yang mulia untuk mengingkari keberadaan jin”. [Majmu‘ Fatawa, XIX:13].
ALAM JIN ADALAH ALAM YANG TERSENDIRI
Alam jin merupakan alam tersendiri, yang bukan alam manusia dan bukan pula alam malaikat. Dari bentuk fisiknya, pandangan mata manusia tak mampu melihatnya. Itulah sebabnya mereka dinamakan jin, dikarenakan ketertutupan (ijtinan) fisiknya dari pandangan mata manusia. Di dalam Al Qur`an
Sebagaimana
Firman Allah,
“….Sesungguhnya ia dan
pengikut-pengikutnya melihat kamu dan suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat
mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan syaitan-syaitan itu
pemimpin-pemimpim bagi orang-orang yang tidak beriman”. [Al A‘raf : 27]
Meski
antara manusia dan jin berbeda alam, tetapi antara jin dan manusia terdapat
titik persamaan, yaitu memiliki sifat berakal dan berpikir, mempunyai kemampuan
yang sama untuk memilih jalan yang baik dan jalan yang buruk. Meski terdapat
sifat yang sama, tetapi dalam banyak hal, jin juga memiliki perbedaan dengan
manusia. Dan yang terpenting ialah dalam masalah asal penciptaannya.
Allah
Azza wa Jalla mengabarkan, jin diciptakan dari api,
Firman
Allah,
“Dan Kami telah menciptakan
jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas”. [Al Hijr : 27]
“dan Dia menciptakan jin
dari nyala api”. [Ar Rahman : 15]
Ibnu
Katsir menyebutkan, bahwa Ibnu Abbas, Ikrimah, Mujahid, dan Al Hasan Al Bashri
serta yang lainnya menafsirkan kalimat “min
marij min nar” dalam ayat di atas sebagai “bagian ujung dari lidah api”. Dalam
riwayat lain disebutkan “dari bagian inti api”.
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari ‘Aisyah Radhiyallahu 'anha, dia berkata: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari ‘Aisyah Radhiyallahu 'anha, dia berkata: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
"Malaikat diciptakan dari cahaya, Jan (nenek moyang jin) diciptakan dari nyala api, dan Adam (nenek moyang manusia) diciptakan dari apa yang telah disebutkan (dalam Al Qur`an) kepada kalian".
KEMAMPUAN-KEMAMPUAN YANG DIBERIKAN
ALLAH KEPADA JIN
Allah telah memberikan kepada jin kemampuan-kemampuan yang tidak diberikan kepada manusia. Sebagian kemampuan tersebut di antaranya ialah :
a). Mampu bergerak dan
berpindah dengan sangat cepat.
‘Ifrit dari golongan jin pernah berjanji kepada Nabi Sulaiman Alaihissallam untuk menghadirkan singgasana Ratu Saba di Yaman ke Baitul Maqdis hanya dalam waktu seseorang berdiri dari duduknya; sebelum mata berkedip.
‘Ifrit dari golongan jin pernah berjanji kepada Nabi Sulaiman Alaihissallam untuk menghadirkan singgasana Ratu Saba di Yaman ke Baitul Maqdis hanya dalam waktu seseorang berdiri dari duduknya; sebelum mata berkedip.
Allah
berfirman,
“Berkata
'Ifrit (yang cerdik) dari golongan jin: "Aku akan datang kepadamu dengan
membawa singgsana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu;
sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat dipercaya”. Berkatalah seorang yang
mempunyai ilmu dari AI Kitab]: "Aku akan membawa singgasana itu kepadamu
sebelum matamu berkedip”. Maka tatkala
Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata:
"Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau
mengingkari (akan nikmat-Nya). ..” [An Naml : 39-40]
b). Mendahului manusia
dalam mencapai ruang angkasa.
Sudah sejak lama jin mampu naik ke tempat-tempat di langit dunia, lalu di sana mereka mencuri dengar berita-berita langit untuk mengetahui peristiwa sebelum terjadinya. Tatkala Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam diutus, maka langit diperketat penjagaannya.
Sudah sejak lama jin mampu naik ke tempat-tempat di langit dunia, lalu di sana mereka mencuri dengar berita-berita langit untuk mengetahui peristiwa sebelum terjadinya. Tatkala Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam diutus, maka langit diperketat penjagaannya.
Allah
berfirman,
“dan
sesungguhnya kami telah mencoba mengetahui (rahasia) langit, maka kami
mendapatinya penuh dengan penjagaan yang kuat dan panah-panah api, dan
sesungguhnya kami dahulu dapat menduduki beberapa tempat di langit itu untuk mendengar-dengarkan
(berita-beritanya). Tetapi sekarang[1524] barangsiapa yang (mencoba)
mendengar-dengarkan (seperti itu) tentu akan menjumpai panah api yang mengintai
(untuk membakarnya)”. [Al
Jin:8-9]
Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam telah menjelaskan cara mereka mencuri dengar
berita-berita langit.
Dari
Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu, dia berkata: Sesungguhnya Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, ”Apabila Allah menetapkan perintah di
atas langit, para malaikat mengepak-ngepakkan sayap-sayapnya karena patuh
kepada firmanNya, seolah-olah firman (yang didengar) itu seperti gemerincing
rantai besi (yang ditarik) di atas batu, sehingga memekakkan mereka. Tatkala
hati mereka telah hilang dari rasa takut, mereka bertanya,’Apa yang baru saja
difirmankan oleh Tuhanmu?’ Mereka menjawab, ’(Perkataan) yang benar, dan Dia
Maha Tinggi lagi Maha Besar’. Ketika itulah, (jin-jin) pencuri berita (wahyu)
itu mendengarnya. Keadaan mereka seperti ini. Sebagian mereka bertumpu di atas
sebagian yang lain -Sufyan bin Uyainah (salah seorang perawi hadits ini)
menggambarkannya dengan telapak tangannya, ia merenggangkannya dan membuka
jari-jemarinya-. Maka ketika (jin-jin) pencuri berita (yang di atas) mendengar
kalimat (firman) itu, mereka lalu menyampaikannya kepada yang ada di bawahnya,
dan demikian seterusnya hingga disampaikan ke mulut tukang sihir atau tukang
ramal. Akan tetapi, kadangkala para pencuri berita itu terkena syihab
(panah-panah api) sebelum sempat menyampaikan berita yang disadapnya itu. Dan
kadangkala mereka sudah sempat menyampaikannya sebelum terkena syihab. Lalu
dengan satu kalimat yang didengarnya itulah, tukang sihir atau tukang ramal
melakukan seratus macam kebohongan. Mereka (yang mendatangi tukang sihir atau
tukang ramal berkata),’Bukankah dia telah memberitahukan kepada kita, bahwa
pada hari anu akan terjadi peristiwa anu (dan itu benar-benar terjadi)?’
Sehingga dipercayalah tukang sihir atau tukang ramal tersebut karena satu
kalimat yang telah didengar dari langit”.
c). Pengetahuan jin
tentang teknologi.
Allah mengabarkan bahwa Dia telah menundukkan bangsa jin untuk Nabi Sulaiman Alaihissallam. Bangsa jin banyak melakukan pekerjaan-pekerjaan untuk beliau yang menuntut kemampuan, kepandaian dan kemahiran atau keahlian.
Allah mengabarkan bahwa Dia telah menundukkan bangsa jin untuk Nabi Sulaiman Alaihissallam. Bangsa jin banyak melakukan pekerjaan-pekerjaan untuk beliau yang menuntut kemampuan, kepandaian dan kemahiran atau keahlian.
Allah
berfirman,
“Dan
Kami (tundukkan) angin bagi Sulaiman, yang perjalanannya di waktu pagi sama
dengan perjalanan sebulan dan perjalanannya di waktu sore sama dengan
perjalanan sebulan (pula) dan Kami alirkan cairan tembaga baginya. Dan
sebahagian dari jin ada yang bekerja di hadapannya (di bawah kekuasaannya)
dengan izin Tuhannya. Dan siapa yang menyimpang di antara mereka dari perintah
Kami, Kami rasakan kepadanya azab neraka yang apinya menyala-nyala. Para jin
itu membuat untuk Sulaiman apa yang dikehendakinya dari gedung-gedung yang
tinggi dan patung-patung dan piring-piring yang (besarnya) seperti kolam dan
periuk yang tetap (berada di atas tungku). Bekerjalah hai keluarga Daud untuk
bersyukur (kepada Allah). Dan sedikit sekali dari hamba-hambaKu yang berterima
kasih”. [Saba` : 12-13].
Ibnu
Taimiyah menyebutkan, ada seorang syaikh, yang dahulu mempunyai hubungan dengan
jin telah menyampaikan kepada beliau, bahwa bangsa jin telah memperlihatkan
kepadanya suatu benda yang bercahaya seperti air dan pelita. Mereka menampakkan
kepadanya di dalam benda itu berita-berita yang dia inginkan, lalu dia
menyampaikannya kepada orang-orang. Mereka (jin) juga menyampaikan kepadanya
perkataan sahabat-sahabatnya yang meminta tolong kepadanya, lalu dia
menjawabnya, dan para jin itu menyampaikan jawabannya itu kepada para
sahabatnya tersebut.
[Majmu ‘ Fatawa XI:309]
d). Kemampuan untuk
beralih rupa atau bentuk.
Jin memiliki kemampuan beralih rupa atau bentuk, ke bentuk manusia dan hewan. Mereka pernah mendatangi kaum musyrikin dalam wujud Suraqah bin Malik untuk menjanjikan kemenangan bagi mereka. Demikian pula, sejumlah sahabat, di antaranya Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu, pernah didatangi mereka dalam wujud orang tua yang ingin mencuri zakat yang sedang dijaganya. Mereka dapat beralih rupa menjadi unta, keledai, sapi, anjing atau kucing. Seringnya mereka berubah bentuk menjadi anjing hitam dan kucing. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menyatakan, bahwa lewatnya anjing hitam di depan orang yang shalat memutuskan shalat orang itu. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menjelaskan sebabnya,
Jin memiliki kemampuan beralih rupa atau bentuk, ke bentuk manusia dan hewan. Mereka pernah mendatangi kaum musyrikin dalam wujud Suraqah bin Malik untuk menjanjikan kemenangan bagi mereka. Demikian pula, sejumlah sahabat, di antaranya Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu, pernah didatangi mereka dalam wujud orang tua yang ingin mencuri zakat yang sedang dijaganya. Mereka dapat beralih rupa menjadi unta, keledai, sapi, anjing atau kucing. Seringnya mereka berubah bentuk menjadi anjing hitam dan kucing. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menyatakan, bahwa lewatnya anjing hitam di depan orang yang shalat memutuskan shalat orang itu. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menjelaskan sebabnya,
"Karena anjing hitam itu
setan".
Jin
sering berubah menjadi hewan, lalu menampakkan diri kepada manusia. Karena itu
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam melarang membunuh ular yang muncul di
dalam rumah, sebab dikhawatirkan itu merupakan jelmaan jin yang telah masuk
Islam. Dalam Shahih Muslim diriwayatkan dari Abu Sa ‘id Al Khudri, dia berkata,
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
"Sesungguhnya di Madinah ini ada segolongan jin yang telah masuk Islam. Jika kalian melihat satu dari mereka, maka mintalah kepada mereka untuk keluar (dalam jangka waktu) tiga hari. Jika ia tetap menampakkan diri kepada kalian setelah itu, maka bunuhlah ia, karena sesungguhnya dia itu setan".
Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam mengecualikan untuk ular tertentu. Dari Abu
Lubabah Radhiyallahu 'anhu, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
"Janganlah kalian (langsung) membunuh ular (di dalam rumah), kecuali setiap ular yang terpotong (pendek) ekornya dan memiliki dua garis di punggungnya, karena ular jenis ini dapat menggugurkan kandungan dan membutakan mata. Maka bunuhlah ia".
e). Setan mengalir
dalam tubuh Bani Adam sebagaimana mengalirnya darah di urat nadi.
Diriwayatkan dalam Shahih Al Bukhari dan Shahih Muslim, dari Anas, dia berkata, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
"Sesungguhnya setan mengalir dalam tubuh manusia sebagaimana mengalirnya darah".
Diriwayatkan dalam Shahih Al Bukhari dan Shahih Muslim, dari Anas, dia berkata, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
"Sesungguhnya setan mengalir dalam tubuh manusia sebagaimana mengalirnya darah".
KELEMAHAN DAN KETIDAKMAMPUAN JIN
Sebagaimana halnya manusia, jin juga memiliki kekuatan dan kelemahan. Sebagian di antara kelemahan jin yang disebutkan Allah dan Rasul-Nya ialah :
a). Jin tidak memiliki
kemampuan untuk menundukkan hamba-hamba Allah yang shalih.
Allah Subhanahu wa Ta'ala tidak memberikan kemampuan kepada setan untuk menguasai manusia dan memaksakan kepada mereka kesesatan dan kekafiran.
Allah Subhanahu wa Ta'ala tidak memberikan kemampuan kepada setan untuk menguasai manusia dan memaksakan kepada mereka kesesatan dan kekafiran.
Allah
Subhanahu wa Ta'ala berfirman,
“Sesungguhnya
hamba-hamba-Ku, kamu tidak dapat berkuasa atas mereka. Dan cukuplah Tuhan-mu
sebagai Penjaga”. [Al Isra` : 65]
“Dan tidak adalah kekuasaan
iblis terhadap mereka, melainkan hanyalah agar Kami dapat membedakan siapa yang
beriman kepada adanya kehidupan akhirat dari siapa yang ragu-ragu tentang itu.
Dan Tuhanmu Maha Memelihara segala sesuatu”. [Saba` : 21]
Artinya,
setan tidak mempunyai jalan untuk menguasai manusia, baik dari sisi hujjah
maupun dari sisi kemampuan. Kenyataan ini telah diakui sendiri oleh setan.
“Iblis berkata: "Ya
Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan
menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma'siat) di muka bumi, dan pasti
aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis di
antara mereka”. [Al Hijr : 39-40]
Adapun
yang mampu mereka kuasai hanyalah hamba-hamba yang rela dengan pemikiran setan,
mengikutinya dengan penuh kerelaan dan ketaatan.
Allah
Subhanahu wa Ta'ala berfirman,
“Sesungguhnya hamba-hamba-Ku
tidak ada kekuasaan bagimu terhadap mereka, kecuali orang-orang yang mengikut
kamu, yaitu orang-orang yang sesat”. [Al Hijr : 42]
“Tidakkah kamu lihat,
bahwasanya Kami telah mengirim syaitan-syaitan itu kepada orang-orang kafir
untuk menghasung mereka berbuat ma'siat dengan sungguh-sungguh?”. [Maryam : 83]
b). Setan takut dan
lari dari sebagian hamba Allah.
Jika Islam telah tertancap kuat pada seorang hamba, iman telah tegak di dalam hatinya, dan dia senantiasa menjaga batasan-batasan yang telah digariskan Allah, maka setan akan menjauh dan lari darinya. Sebagaimana Rasulullah bersabda kepada Umar bin Al Khaththab, “Sesungguhnya setan takut kepadamu, wahai Umar”.
Jika Islam telah tertancap kuat pada seorang hamba, iman telah tegak di dalam hatinya, dan dia senantiasa menjaga batasan-batasan yang telah digariskan Allah, maka setan akan menjauh dan lari darinya. Sebagaimana Rasulullah bersabda kepada Umar bin Al Khaththab, “Sesungguhnya setan takut kepadamu, wahai Umar”.
[HR At Tirmidzi, no.
2913]
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam juga pernah bersabda tentang Umar, “Sesungguhnya aku telah benar-benar melihat bahwa setan dari kalangan jin dan manusia benar-benar lari dari Umar”.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam juga pernah bersabda tentang Umar, “Sesungguhnya aku telah benar-benar melihat bahwa setan dari kalangan jin dan manusia benar-benar lari dari Umar”.
[HR At Tirmidzi, no.
2914]
c). Jin ditundukkan
untuk Nabi Sulaiman Alaihissallam.
Allah telah menundukkan sebagian golongan jin dan setan untuk Nabi Sulaiman Alaihissallam. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,
Allah telah menundukkan sebagian golongan jin dan setan untuk Nabi Sulaiman Alaihissallam. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,
“Kemudian Kami tundukkan
kepadanya angin yang berhembus dengan baik menurut ke mana saja yang
dikehendakinya, dan (Kami tundukkan pula kepadanya) syaitan-syaitan semuanya
ahli bangunan dan penyelam, dan syaitan yang lain yang terikat dalam belenggu”. [Shaad : 36-38]
Semua
itu sebagai wujud dikabulkannya doa Nabi Sulaiman :
“Ia berkata : "Ya Tuhanku, ampunilah aku dan
anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorang juapun
sesudahku, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pemberi”. [Shaad : 35]
d). Jin tidak mampu
menciptakan mukjizat.
Jin tidak mampu berbuat sesuatu yang setara dengan mukjizat yang dibawa oleh para rasul untuk menunjukkan kebenaran risalah yang mereka bawa. Tatkala sebagian orang-orang kafir menilai bahwa Al Qur’an merupakan buatan setan, maka Allah berfirman,
Jin tidak mampu berbuat sesuatu yang setara dengan mukjizat yang dibawa oleh para rasul untuk menunjukkan kebenaran risalah yang mereka bawa. Tatkala sebagian orang-orang kafir menilai bahwa Al Qur’an merupakan buatan setan, maka Allah berfirman,
“Dan Al Quran itu bukanlah
dibawa turun oleh syaitan- syaitan. Dan tidaklah patut mereka membawa turun AL
Quran itu, dan merekapun tidak akan kuasa. Sesungguhnya mereka benar-benar
dijauhkan daripada mendengar Al Quran itu”. [Asy Syu’araa’ : 210-212]
e). Jin tidak bisa
menyerupai Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam mimpi seseorang.
Di dalam hadits yang diriwayatkan Imam Muslim dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, Beliau bersabda,
Di dalam hadits yang diriwayatkan Imam Muslim dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, Beliau bersabda,
"Barangsiapa melihatku dalam mimpinya, maka sungguh dia telah melihatku (bukan setan yang menyerupaiku), karena sesungguhnya setan tidak mampu menyerupai diriku".
Zhahir
dari hadits ini dan hadits-hadits lain yang semakna menunjukkan, bahwa setan
tidak mampu meniru bentuk dan rupa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.
Namun tidak berarti ia tidak mampu meniru bentuk dan rupa orang selain Beliau
Shallallahu 'alaihi wa sallam lalu mengaku sebagai Nabi Muhammad Shallallahu
'alaihi wa sallam. Oleh karena itu, seseorang yang bermimpi melihat Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak boleh memastikan bahwa dia benar-benar
telah bermimpi melihat Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam berdalil dengan
hadits-hadits tersebut, kecuali orang yang dilihatnya dalam mimpi itu memiliki
ciri-ciri yang sama dengan ciri-ciri Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
yang disebutkan dalam kitab-kitab hadits.
f). Jin tidak mampu
menembus batasan-batasan tertentu di ruang angkasa.
Allah
Subhanahu wa Ta'ala berfirman,
“Hai jama'ah jin dan
manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka
lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan, Maka nikmat
Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? Kepada kamu, (jin dan manusia)
dilepaskan nyala api dan cairan tembaga maka kamu tidak dapat menyelamatkan
diri (dari padanya)”.
[Ar Rahman : 33-35]
g). Jin tidak mampu
membuka pintu yang ditutup dengan membaca bismillah.
Imam Al Bukhari meriwayatkan dalam Shahih-nya, dari Jabir bin Abdullah Radhiyallahu 'anhu, dia berkata, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
Imam Al Bukhari meriwayatkan dalam Shahih-nya, dari Jabir bin Abdullah Radhiyallahu 'anhu, dia berkata, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
"Jika gelapnya malam telah merayap datang atau waktu senja telah datang, maka tahanlah anak-anak kecil kalian, karena para setan mulai menyebar pada waktu itu. Dan jika telah berlalu satu waktu dari malam, maka lepaskanlah mereka. Dan tutuplah pintu-pintu dengan menyebut nama Allah, karena setan tidak mampu membuka pintu yang ditutup".
Demikian penjelasan singkat tentang jin, yang keberadaannya harus kita imani sebagai makhluk ghaib yang diciptakan Allah Azza wa Jalla. Sebagai makhluk, maka setiap perbuatan yang dilakukan oleh jin, pasti sepengetahuan dan atas izin Allah Azza wa Jalla .
Maraji’ :
‘Alam Al Jin Wa Asy Syayathin, oleh Syaikh Al Asyqar.
‘Alam Al Jin Wa Asy Syayathin, oleh Syaikh Al Asyqar.
---------------------------------------------------------------------------------------------
Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 04//Tahun IX/1426H/2005M
Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta,
Jl. Solo-Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183
---------------------------------------------------------------------------------------------
Keterangan,
Pemberian foto bukan dengan niat yang
buruk, hanya sebagai ilustrasi untuk menambah daya pikat bagi kaum muslimin dan
muslimat dalam membaca dan mempelajari tulisan ini